Minggu, 24 Januari 2016

Kita, Ilmu HI, dan KOMAHI: Sebuah Ajakan

Lupakan berbagai hiruk-pikuk di Fisipol hingga “euforia” suksesi KOMAHI sejenak. Mari duduk sambil memegang buku Dynamics of Diplomacy, atau buku tebal karya Pak Baylis, atau Indonesian Foreign Policy karya Michael Leifer. Tanyakan pada diri kita masing-masing: Siapa aku? Buat apa kuliah ilmu HI?
Jawaban yang kita berikan untuk pertanyaan pertama mungkin mirip. Jika digambar sebuah diagram venn, maka semua lingkaran akan saling berpotongan pada jawaban “mahasiswa ilmu HI.” Di pertanyaan kedua, jawaban pasti bervariasi: untuk jadi diplomat, aktivis, presiden, strategis, analis, jurnalis, bekerja di MNC, bekerja di NGO, dan sebagainya. Dari kebebasan untuk menentukan pilihan ini, tercipta pula kebebasan untuk memilih cara bagaimana kita harus mencapai tujuan itu, dan memang fokus pada berbagai urusan akademik seperti membuat reviewpaper, ikut berbagai seminar, dan lain-lain menjadi beberapa caranya. Memang hal-hal itulah yang menentukan IPS dan IPK kita nantinya. Makin banyak pengetahuan dan makin kritis kita, IPK kita juga akan meningkat dan akan semakin mendekatkan kita dengan apa yang kita inginkan. Hal-hal akademis memang penting. Tetapi, apakah itu yang akan terus kita lakukan di masa kuliah yang (biasanya) hanya empat tahun ini, yang secara teknis hanya empat bulan tiap semesternya dengan masih terpotong hari-hari libur? Apakah hanya itu makna dari semua kegiatan perkulihan ini: belajar giat untuk mencapai cita-cita?
Ada banyak definisi dari Ilmu Hubungan Internasional. Beberapa mengatakan bahwa ilmu hubungan internasional adalah hubungan diplomatik-strategis antarnegara dan berfokus pada isu-isu seperti perang dan konflik, atau kerjasama dan perdamaian (Brown & Ainley, 2005). Ilmu Hubungan Internasional juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari berbagai fenomena (kultural, ekonomi, politik, dan lain-lain) yang terjadi secara lintas batas negara, sebagai akibat dari globalisasi. Aktor-aktor di dalam hubungan internasional pun beragam: negara, IGO, NGO, MNC, hingga aktor individu. Namun, kita perlu pula melihat apa yang sebenarnya dilakukan oleh aktor-aktor ini.
Untuk apa negara terlibat dalam hubungan internasional? Karena negara bertugas untuk menyediakan lima nilai khusus, yaitu keamanan, kebebasan, ketertiban, keadilan, dan kesejahteraan (Jackson & Sorensen, 2013). Bayangkan saat seseorang tidak memiliki negara. Bagaimana ia akan memenuhi kebutuhan ekonominya, mendapatkan tunjangan pendidikan, kesehatan, hingga keamanan? Siapa yang melindungi suatu bangsa dari invasi bangsa lain? Negara. Dengan ‘perpanjangan tangan’ dalam bentuk kedutaan dan konsulat, suatu negara memenuhi dan melayani kepentingan warganya di negara lain.
Uni Eropa, suatu bentuk IGO, menetapkan pemenuhan hak asasi manusia dan demokratisasi sebagai syarat keanggotaan. Dengan visa Schengen, masyarakat Eropa dengan bebas berpindah tempat untuk memenuhi segala keperluannya di berbagai bidang.
Amnesty International, suatu NGO yang memperjuangkan HAM, melindungi hak ekspresi, hak wanita, menentang hukuman mati, menuntut kejahatan terhadap kemanusiaan, dan menuntut akuntabilitas badan-badan usaha yang telah menyalahi HAM dengan cara online maupun offline, mengirimkan surat ke kantor-kantor pemerintah, demonstrasi (termasuk aksi mogok), danlobbying (Amnesty, 2013). Mantan presiden AS Jimmy Carter yang melakukantrack II diplomacy di Nikaragua demi menciptakan transisi pemerintahan yang damai di akhir dekade 1980. MNC pun, meskipun terdapat berbagai pandangan skeptis, ikut ambil andil dalam menyejahterakan masyarakat dunia dengan memperluas lapangan pekerjaan.
Memang, kajian ilmu politik sifatnya bebas nilai. Namun, suatu cabang ilmu pengetahuan pasti memiliki sisi normatif dari eksistensinya. Ilmu HI memberikan kita pengetahuan tentang bagaimana menghadapi perubahan karena globalisasi, bagaimana menyikapi konflik dan mencapai perdamaian, bagaimana mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan Utara-Selatan, bagaimana cara memenuhi hak asasi manusia yang sifatnya universal bagi semua bangsa. Inilah kajian kita sebagai mahasiswa ilmu HI: apa dan bagaimana cara menciptakan keadaan yang kondusif dan mendukung bagi kelangsungan hidup manusia, di satu negara dan bahkan di seluruh negara di dunia; bagaimana politik dapat ditujukan untuk kepentingan dan kebaikan semua orang. Itulah juga yang dilakukan oleh aktor-aktor dalam hubungan internasional: berusaha menciptakan keadaan yang baik dan mendukung kehidupan manusia, melindungi masyarakat, menyejahterakannya, menghindarkannya dari konflik, dan sebagainya, terlepas dari sifat manusia yang haus kuasa. Para akademisi dalam ilmu HI juga terus melakukan pertemuan-pertemuan serta berbagai riset akademik untuk mengembangkan ilmu HI sehingga kemanfaatannya bisa dirasakan oleh semua orang. Itulah yang kita kaji dan, nantinya lakukan, sebagai mahasiswa HI. We are meant to deliver common good. Inilah kita, definisi keberadaan kita. Mahasiswa HI punya misi besar dalam menciptakan kebaikan bersama, bahkan untuk masyarakat dunia.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, saat kita terjun ke dunia profesional, apakah suatu kedutaan dapat melindungi warga negaranya dengan membuat review buku A? Laporan memang penting dalam hal-hal administrasi, tetapi apakah suatu permasalahan dunia akan selesai dengan membaca buku, mengikuti isu-isu global, dan membuat review atau papertentangnya lalu diberikan kepada atasan? Kita mahasiswa HI, dan nantinya kita bertugas untuk memberikan keadaan yang dibutuhkan masyarakat dunia. Fakta inilah yang memberikan makna keadaan kita sebagai mahasiswa HI dan membuat kita spesial daripada hanya menyelesaikan kuliah dengan IPK tinggi.We are IR students and we are meant to deliver common good to everyone.
Perlu ditegaskan kembali bahwa untuk bisa menyediakan common good, dibutuhkan keahlian-keahlian berinteraksi, kemampuan berbicara dan mendengarkan, kemampuan membentuk konsesi, serta ide-ide kreatif dan keberanian untuk berinisiatif. Sayangnya semua hal ini tidak dapat diperoleh hanya dari kegiatan akademis di kelas maupun mengerjakan tugas. Oleh karena itulah, menyadari pentingnya tugas yang kita emban, jurusan ilmu HI memiliki Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (KOMAHI), di mana mahasiswa HI (yang tidak hanya memiliki kemampuan akademis, melainkan juga dalam bisnis, olahraga, dan film, musik, pengembangan SDM, menulis, dan lain-lain) dapat menyalurkan minat-minatnya yang tidak secara khusus terkait dengan perkuliahan di kelas.
Jurusan Ilmu HI di UGM didirikan pada tahun 1957, yang berarti jurusan ini telah melewati periode-periode sulit di mana semua kegiatan warga negara dikontrol ketat oleh aparat pemerintah. Mahasiswa tidak dapat mengembangkan bakat dan minatnya, bahkan pemikirannya secara mandiri karena latar belakang menjaga stabilitas politik untuk perkembangan ekonomi. Di masa tersebut, mahasiswa dibunuh hak asasi manusia dan kebebasannya. Secara pribadi, aku tidak mengetahui secara pasti sejarah KOMAHI. Tetapi, yang pasti KOMAHI didirikan dengan perjuangan para mahasiswa HI UGM sebagai bagian dari Fisipol untuk meraih kebebasannya. Kita tidak tahu pasti, namun inilah KOMAHI. KOMAHI adalah bentuk kebebasan kita mahasiswa HI untuk berkarya dan menjadi berguna untuk masyarakat di sekitar, baik di lingkup jurusan, fakultas, maupun universitas. Inilah ekspresi kebebasan kita mahasiswa HI sehingga kita tidak tertinggal dalam hal pengembangan dan aktualisasi diri dibandingkan dengan jurusan-jurusan lainnya.
Dalam buku International Relations pada subbab Careers in International Relations, disebutkan bahwa “[p]ekerjaan dalam pemerintahan dan diplomasi menawarkan team players kesempatan untuk memengaruhi kebijakan (Goldstein & Pevehouse, 2014).” Seperti telah disebutkan di atas, KOMAHI menawarkan keahlian-keahlian diplomasi, membuat konsesi, mendengarkan, dan pengembangan kreativitas bagi orang-orang yang hendak bekerja dalam tim. Hal inilah yang membuat KOMAHI sangat esensial bagi pengembangan diri kita yang nantinya akan bekerja bersama dalam tim di dunia profesional, baik untuk negara, organisasi internasional, ataupun sebagai akademisi.
Hal yang membuat KOMAHI menjadi berbeda adalah organisasi ini hanya akan bergerak dan berfungsi jika diurus oleh para mahasiswa yang memiliki tugas delivering common good untuk semua orang. Tanpa bermaksud menjadi eksklusif, KOMAHI adalah organisasi yang dijalankan oleh orang-orang terpilih dengan tugas yang besar bagi masyarakat dunia. KOMAHI dijalankan olehkita, mahasiswa ilmu HI.
Suatu organisasi tidak bermakna jika tidak memiliki tujuan. Maka, kita bisa melihat KOMAHI sebagai miniatur negara, atau miniatur organisasi internasional, yang bertujuan menyediakan segala kebutuhan dan memfasilitasi pengembangan diri rakyatnya, mahasiswa HI, dengan berbagai cara. Di sinilah tempat kita, mahasiswa HI berlatih menyediakan keadaan yang baik bagi masyarakat, tempat kita menjadi pemimpin dan memberi andil dalam perubahan ke arah yang lebih baik bagi masyarakat HI, tempat kitamenyalurkan aksi kita untuk melihat hal-hal yang kita inginkan, serta tempatkita menikmati kebebasan kita dalam keselarasan yang dibangun bersama. Inilah KOMAHI kita, mahasiswa HI yang punya misi luar biasa bagi dunia.
Beberapa orang memilih untuk meninggalkan suatu negara karena keadaan yang tak menguntungkan baginya, seperti warga Suriah yang meninggalkan negaranya menuju Eropa demi kehidupan yang lebih baik. Beberapa orang tidak puas dengan KOMAHI karena ketidaksesuaian yang ia lihat. Tetapi, perlu diingat bahwa KOMAHI hanyalah miniatur negara, di mana para “elite” masih bisa dijangkau, dan suara masing-masing individu pasti dapat didengar, asalkan ada niat kuat dari kedua pihak.  KOMAHI ini milik kita, dan masih belum terlambat untuk memperbaikinya, masih cukup waktu untuk mewujudkan apa yang kita inginkan, asalkan ketidakpuasan berwujud kalimat “ah KOMAHI itu begini, ah KOMAHI itu begitu” diganti dengan aksi positif seperti menyuarakan pendapat dan keinginan atau bahkan kritik yang membangun, atau mengambil momentum untuk menciptakan perubahan, misalnya dengan mengikuti rekrutmen, atau berpartisipasi dalam suksesi. Perubahan hanya akan terjadi karena aksi, bukan dengan meninggalkan dan melemparkan tanggung jawab kepada orang lain. Perubahan juga masih bisa diusahakan meskipun kita “bukan siapa-siapa.” KOMAHI adalah milik kita, hakkita, dan tanggung jawab kita. Kita boleh menuntut perubahan, namun akan lebih baik jika kita menjadi powerhouse bagi perubahan yang kita inginkan.
Sudah terlalu panjang tulisan ini, entah terbaca atau tidak. Di paragraf terakhir ini aku ingin mengajak kita semua, mahasiswa HI, untuk memberikan makna dan menghargai apa yang kita lakukan dan miliki sekarang, dan mewujudkannya dalam aksi. Seperti membongkar lemari baju dan menemukan pakaian lama yang masih bagus dan sangat layak pakai, KOMAHI mungkin terlupaka, namun masih tertera dalam daftar hak kita semua dan mencerminkan kebebasan yang patut kita nikmati bersama. Namaku akan tertera pada lembar suara pada 19-23 Oktober nanti. Tapi lupakan saja sejenak. Itu tidak penting karena di sini aku hanya orang biasa yang tak tahan melihat absennya inisiatif di lingkunganku, dan ini hal yang mungkin paling bisa kulakukan, mengingat aku bukan siapa-siapa. Siapapun yang akan menjadi ketua KOMAHI, bukan dia yang menjadikannya baik, melainkan kita semua, mahasiswa HI. Jika kita masih berkomplain dan bahkan meninggalkan KOMAHI karena adanya ketidaksesuaian, kita patut bertanya pada diri kita sendiri, masih (atau akan) pantaskah kita mengenakan korsa hitam itu. Mari memberikan makna bagi kita dan KOMAHI kita.
Perubahan dimulai dari aksi.
Kristian Oka Prasetyadi
Mahasiswa HI
Bukan siapa-siapa

Referensi (penting tapi tidak mengajarkan softskill)
Amnesty. (2013). Who We Are. Retrieved Oktober 14, 2015, from Amnesty International: http://www.amnesty.org/en/who-we-are
Brown, C., & Ainley, K. (2005). Understanding International Relations (3 ed.). New York: Palgrave Macmillan.
Goldstein, J., & Pevehouse, J. (2014). International Relations. Upper Saddle River: Pearson.
Jackson, R., & Sorensen, G. (2013). Pengantar Studi Hubungan Internasional(5 ed.). (D. Suryadipura, & P. Suyatiman, Penerj.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar