Seorang siswa di SMP swasta yang terbilang baru, kecil, dan lambat berkembang bisa dibilang hanya sok tau dalam urusan memimpin. Idealisme masih tinggi walaupun inspirasi cuma datang dari anime-anime di global TV dan kawan-kawannya yang iklannya memakan 50% alokasi waktu tayangnya.
Kelas 7, aku mendaftar untuk bergabung dengan OSIS, yang ternyata gunanya waktu itu cuma buruh untuk mengadakan acara-acara di hari besar. Ide kami diminta sih, tapi arahan dan konsep acara masih dari pamong OSIS. Kembali lagi ke kelas 7, entah waktu itu ceritanya bagaimana, aku dicalonkan sebagai wakil ketua OSIS, dengan calon ketua dari kelas 8. Namanya David. Singkat cerita, kami menang pemilihan dan jadilah kami ketua dan wakil.
Di tengah-tengah kepengurusan, suatu hari aku lihat David di ruang guru, bicara serius dengan bu pamong OSIS. Mungkin beban yang kami bawa di pundak tidak sama besarnya, tidak sama beratnya. Waktu itu belum ada LINE, HPku masih sony ericsson warna ungu yang keypadnya rusak berkali-kali, Intinya, gak bisa ada grup buat diskusi atau sekedar curhat antara ketua dan wakil kalau memang lagi ada masalah.
Benar, dia mengundurkan diri.
Katanya, terlalu banyak tuntutan dan celaan yang dia terima dan praktis beliau nggak kuat lagi, merasa gagal, dan mundur adalah pilihannya. Belum lagi begitu banyak cela dari teman-teman angkatannya yang memang selalu bawa-bawa jabatan menurut dia.
Di SMP swasta yang terbilang baru, kecil, dan lambat berkembang itu, ternyata kepemimpinan dan jabatan juga membawa masalah dan memiliki akibat yang nggak biasa-biasa aja, buat David misalnya. Fungsi pemimpin itu kadang nggak begitu jelas. Urusan eksekusi jelas diatur oleh kepala staf tiap divisi, administratif oleh sekretaris dan bendahara. Ketua ngapain? Memastikan semuanya berjalan, menjaga semuanya anyem. Caranya?
Di SMP swasta yang terbilang baru, kecil, dan lambat berkembang itu, ternyata kepemimpinan dan jabatan juga membawa masalah dan memiliki akibat yang nggak biasa-biasa aja, buat David misalnya. Fungsi pemimpin itu kadang nggak begitu jelas. Urusan eksekusi jelas diatur oleh kepala staf tiap divisi, administratif oleh sekretaris dan bendahara. Ketua ngapain? Memastikan semuanya berjalan, menjaga semuanya anyem. Caranya?
Nggak tau juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar