Selasa, 15 November 2016

Lukas atau Je? (Fase Kampanye fisik dan medsos. 1, bersambung ke 2)

Kali ini bahasa Indonesia aja , gegara Farras Khalida Masardhi bilang dia males baca kalau bahasa Inggris. Aku harap tulisan ini nantinya bisa membantu kalian dalam memilih ketua KOMAHI yang memang pantas. Kalau menurut kalian nggak ada yang pantas, bawa aja foto kalian sendiri, tempel di kertas suara, terus coblos. Enak.

Judul ini akan aku bagi menjadi dua bagian sesuai nomor urut calon. Di tulisan ini, aku mau membagikan opiniku tentang Lukas sebagai calon nomor urut 1. Opini tentang Je akan aku tulis setelah ini. Kenapa? Simply biar gak kepanjangan dan biar menumbuhkan kesan misterius kayak thread kaskus.

Nggak terasa fase kampanye ketua KOMAHI sudah berakhir dan kita sedang menunggu acara yang paling ditunggu-tunggu: debat calon ketua KOMAHI yang digelar oleh MPMHI besok tanggal 18 November 2016. Di sana, kalian akan bisa menanyakan langsung, dan bahkan nge-judge kedua calon, which one of them fits the position. Nah, dalam tulisan ini, aku membentuk opiniku dari apa yang aku lihat di media sosial dan poster/flyer di sekitar kampus karena kesibukan di bulan November menghalangiku datang ke acara-acara dialog kedua calon. Jadi, pasti ada satu dua hal yang sebenarnya bagus tetapi tidak sempat kusebut. I’m sorry for the two candidates if that happens. Tapi sedikit banyak kita dapat menilai bagaimana kampanye membentuk citra kedua calon. Aku percaya banyak hal yang bisa ditonjolkan kedua calon (termasuk memanfaatkan ketidaktahuan pemilih), dan kita bisa menunggunya di debat.

#1


Kita mulai dengan Lukas. Kampanye di media sosial sejauh ini, menurutku secara pribadi, nggak begitu marak. Tim kampanye Lukas berusaha memperlihatkan sisi baik dari Lukas, mem-branding Lukas sebagai sosok yang punya kualitas sebagai orang baik dan pekerja keras, serta tentunya berdedikasi, seperti tag line utamanya. Sebagai orang yang sudah bekerja dengan Lukas di IRCCT dan berbagai proyek HI CINE, aku tidak perlu mempertanyakan kualitas-kualitas yang Lukas miliki dalam bekerja di KOMAHI.

Sayangnya, kampanye Lukas belum cukup strategis untuk meyakinkan orang lain untuk menjadi ketua KOMAHI. Banyak orang yang supel, ramah, mudah bergaul, enak diajak kerjasama, ringan tangan, dan pekerja keras. Salah satunya Lukas. Tetapi belum tentu mereka dapat menjadi ketua KOMAHI. Lukas tentunya tidak perlu memiliki kualitas sebagai seorang orator layaknya para punggawa DEMA. Tetapi seharusnya dia punya sesuatu yang dapat ditawarkan kepada publik, punya konsep yang lebih luas untuk dapat diterapkan dalam sistematika KOMAHI.

Dedikasi memang penting dan itu salah satu kualitas yang paling krusial. Tetapi aku bisa bilang itu sama dengan komitmenku untuk KOMAHI tahun ini, yaitu leading by example, yang sayangnya hanya dapat diterapkan pada diri sendiri tapi susah ditularkan ke orang lain. Dedikasi itu etos kerja, bukan suatu cara untuk mengatur orang lain. Bagaimana kamu bisa percaya bahwa orang lain akan memiliki dedikasi yang sama besarnya dengan kamu? Tanpa konsep yang lebih besar untuk level organisasi (terlepas dari visi misi seperti membuat komahi menjadi wadah a dan b dan seterusnya), akan sangat susah bagi Lukas untuk meyakinkan publik KOMAHI. Hal ini juga yang terjadi padaku tahun ini: taking for granted that everyone in KOMAHI will put this beloved organization above all others, turns out a wishful thinking and I ended up disappointed before I could accept the fact. Intinya, konsep dedikasi Lukas lebih menunjukkan kualitas dan etos kerja pribadinya nanti saat menjadi ketua, tetapi belum menunjukkan secara komprehensif bagaimana KOMAHI versi Lukas berfungsi. Perlu dicatat Lukas juga menegaskan konsep kekeluargaan dan profesionalisme sebagai nilai dan etos. Tapi sudahlah, semua orang juga tahu apa maksudnya. Je pun juga mengangkatnya. Jadi, kekeluargaan dan profesionalisme biarlah di sana, tidak usah diperdebatkan lagi.

Oke, aku sendiri mengakui kalau opiniku tentang Lukas di atas agak terkesan lunak meskipun aku harus ‘mengecam’ konsep utamanya. Bahkan beberapa orang dari ‘tim sebelah’ mengira aku berada di sisi Lukas.

Well, you can see for yourself, how am I supposed to be critical when there is virtually nothing to criticize?

Untuk mempersiapkan debat, Lukas harus (se-harus-harus-nya) menyiapkan konsep besar yang dapat meyakinkan publik KOMAHI bahwa dia punya konsep untuk menjalankan KOMAHI ini. Tanpa konsep itu, aku sendiri juga berpendapat kampanye Lukas ini jadi agak ga jelas.
KOMAHI apa yang dia mau?
KOMAHI harus ngapain buat berkembang?
KOMAHI harus bagaimana menyikapi apatisme?
KOMAHI harus bagaimana di lingkungan luar?
Proker apa yang harus dikembangkan atau dihentikan atau diapakan?
Apakah anggota KOMAHI harus dibatasi?
Apakah IREC, GAMA DC, dan HIPFEST perlu dilanjutkan lagi?
Inovasi apa yang dia mau?
No, he did not mention any of these, not even the organizational concept. Dan inilah yang membuatku susah mengkritik, karena memang belum ada sesuatu yang harus dikritisi.

Well, there is: Performa tim kampanye.

Berdasarkan cerita dari beberapa teman yang mendengarkan secara langsung kampanye salah satu anggota tim kampanye Lukas, performa tim kampanye Lukas boleh dibilang kurang tepat sasaran,strategis. Selama ini, kampanye tentang Lukas lebih mengusung kualitasnya sebagai individu yang sudah berpengalaman di KOMAHI. Tetapi, instead of telling what programs Lukas can offer to us, tim kampanye Lukas membanding-bandingkan Lukas dengan Je sebagai calon tandingan. Tentu tidak ada yang salah dari praktik ini karena cara memimpin juga penting (misal: demokratis, tangan besi, tegas, tidak tegas, dan lain-lain). Tetapi dalam kampanye, buat apa kita sibuk menonjolkan kualitas-kualitas individual satu dengan lainnya? Kenapa nggak langsung ke proker yang sifatnya lebih konkret saja? KOMAHI itu juga butuh proker, bukan hanya kualitas individual ketua. Ini menurutku sebuah blunder. Apalagi, beberapa teman yang mendengarkan kampanyenya bahkan mengatakan bahwa usaha membanding-bandingkan Lukas dengan Je ini dikaitkan dengan ‘nepotisme’ yang dilakukan dalam kepanitiaan makrab (whether it did happen or not, it is none of my interests).

No, this is not good at all. Menurut analisisku sendiri, materi ini hanya cocok diberikan kepada angkatan selain angkatan 2016 yang tidak tergabung dalam kegiatan makrab. Sedangkan, materi ini tidak akan ampuh untuk angkatan 2016 karena kita bisa lihat sendiri how much they are amazed by Je. Kembali lagi, strategi ini kurang matang karena tim kampanye Lukas tidak memperkirakan apa yang akan dipikirkan target kampanye mereka, dan sayangnya malah citra yang cenderung negatif yang muncul.

To sum up, aku rasa cukup jujur dan adil bagiku untuk mengatakan Lukas punya kualitas individual yang baik dan berdedikasi. Tapi konsep ini tidak akan cukup untuk memimpin KOMAHI karena adalah suatu kesalahan besar untuk memercayai bahwa orang lain memiliki dedikasi yang sama besarnya dengan diri kita sendiri. Lukas punya PR yang berat, yaitu untuk mengelaborasikan konsep besarnya mengenai KOMAHI yang ia inginkan dan KOMAHI yang baik untuk pengurus dan anggotanya. Ketiadaan konsep organisasi yang jelas ini sayangnya tidak disempurnakan oleh performa satu atau dua orang dari tim kampanyenya yang malah sibuk membanding-bandingkan Lukas dengan Je, serta beberapa materi kampanye yang semestinya tidak digunakan.


Opiniku tentang Je bisa kalian lihat di tulisan selanjutnya (saat tulisan ini di-post, aku baru mau mulai menulis hehe).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar